Apakah Tales of the Abyss Masih Relevan di 2025

Apakah Tales of the Abyss Masih Relevan di 2025

   Di tengah gempuran game modern dengan grafis ultra realistis, dunia terbuka tanpa batas, dan mekanisme Tales of the Abyss pertarungan yang makin kompleks, pertanyaan besar sering muncul dari para penggemar JRPG klasik: apakah game lawas masih layak dimainkan hari ini? Salah satu judul yang kerap masuk dalam daftar diskusi tersebut adalah RPG dari Bandai Namco yang dirilis pertama kali pada era PlayStation 2 dan kemudian hadir juga di Nintendo 3DS.

Game tersebut dikenal karena alur ceritanya yang mendalam, sistem pertarungan yang inovatif, dan karakter yang berkembang secara emosional. Tapi seiring waktu berlalu, apakah game ini masih pantas disebut relevan, atau hanya tinggal kenangan manis masa lalu?

Artikel ini akan membedah berbagai aspek dari game tersebut — mulai dari tema, gameplay, presentasi visual, hingga dampaknya terhadap genre JRPG — dan menilai sejauh mana daya tariknya masih bertahan di tahun 2025.


Kisah Tentang Takdir dan Identitas Diri

Hal yang paling menonjol dari game ini adalah narasinya. Di permukaan, kisah ini tampak seperti petualangan klasik anak bangsawan yang terjebak dalam konflik besar. Namun semakin dalam bermain, pemain disuguhkan kisah yang kompleks, filosofis, dan penuh kejutan.

Tema utama dari game ini adalah konflik antara takdir yang sudah ditentukan dan kehendak bebas. Karakter utamanya adalah simbol dari perjuangan melawan sistem yang mencoba mengatur segalanya berdasarkan ramalan. Sepanjang cerita, pemain diajak untuk mempertanyakan makna keberadaan, nilai kebebasan, dan siapa yang berhak menentukan masa depan.

Topik seperti ini tetap sangat relevan di 2025, karena isu tentang sistem yang mengatur manusia (baik dalam bentuk teknologi, media, atau kebijakan sosial) menjadi semakin nyata. Game ini berhasil menghadirkan refleksi sosial yang kuat lewat narasi fiksionalnya.


Karakterisasi yang Mengalami Perkembangan Nyata

Salah satu kekuatan besar dari game ini adalah perkembangan karakter utamanya. Awalnya ia digambarkan sebagai sosok egois, kekanak-kanakan, dan manja. Namun seiring cerita berjalan, ia berubah menjadi sosok yang bertanggung jawab, penuh rasa bersalah, dan ingin memperbaiki kesalahan masa lalu.

Perjalanan emosional ini jarang terlihat di game modern, yang sering kali menyajikan karakter sempurna sejak awal. Pemain benar-benar diajak untuk tumbuh bersama karakter ini, merasakan penyesalan, perjuangan, dan akhirnya mencapai titik kedewasaan.

Perkembangan seperti ini menjadikan pengalaman bermain lebih personal dan memuaskan, serta tetap relevan bahkan untuk standar naratif 2025.


Sistem Pertarungan yang Masih Menarik

Sistem pertarungan dalam game ini menggunakan format Linear Motion Battle System (LMBS), sebuah ciri khas dari seri Tales. Dalam sistem ini, pemain bisa mengontrol karakter secara real-time di medan tempur, bukan hanya memilih perintah dalam menu statis.

Meski sudah berumur, sistem ini tetap menyenangkan. Kombinasi antara skill, strategi posisi, dan reaksi cepat membuat pertarungan terasa hidup. Terlebih lagi, adanya Field of Fonons (FOF) yang memungkinkan serangan elemen berubah berdasarkan kondisi medan tempur memberikan lapisan kedalaman yang jarang ditemukan dalam JRPG klasik lainnya.

Dengan sedikit penyegaran visual dan penyesuaian kontrol, sistem ini masih sangat layak dimainkan dan bisa bersaing dengan banyak RPG kontemporer.


Dunia yang Dibangun dengan Detail

Latar dunia dari game ini bernama Auldrant, tempat di mana seluruh aspek kehidupan dikendalikan oleh energi mistik bernama Fonons. Bahkan takdir manusia tercatat dalam sebuah ramalan besar bernama Score. Semua elemen ini dikembangkan dengan cermat dan disisipkan secara konsisten dalam dunia game.

Desain kota, sejarah negara, organisasi agama, hingga sistem pemerintahan disusun begitu rapi, membuat dunia terasa hidup dan realistis. Dunia ini bukan hanya latar, tapi menjadi bagian dari cerita itu sendiri.

Game modern dengan dunia terbuka sering kali kesulitan memberi kedalaman semacam ini. Dunia dalam game ini membuktikan bahwa skala tidak selalu lebih penting dari kedalaman naratif.


Visual dan Presentasi: Masih Layak Dinikmati?

Jika dibandingkan dengan standar visual 2025, grafis game ini tentu sudah ketinggalan. Namun desain karakter oleh Kosuke Fujishima dan ilustrasi dunia masih memiliki daya tarik artistik yang kuat. Gaya anime yang khas menjadikannya timeless, tidak terlalu tergantung pada teknologi 3D terkini.

Untuk pemain yang lebih mementingkan cerita dan mekanik daripada grafis, tampilan game ini masih sangat bisa dinikmati. Bahkan dengan emulator atau versi handheld, pengalaman bermain tetap menyenangkan.

Dengan potensi remake atau remaster, visual ini bisa ditingkatkan tanpa kehilangan identitas aslinya.


Soundtrack dan Suara Pengisi yang Kuat

Musik dalam game ini digarap oleh Motoi Sakuraba, salah satu komposer ternama dalam dunia JRPG. Soundtrack-nya menggambarkan berbagai emosi dengan sangat baik — dari rasa heroik, ketegangan, hingga kesedihan mendalam.

Tema utama “Karma” yang dibawakan oleh Bump of Chicken juga masih dikenang sebagai salah satu lagu pembuka terbaik dalam sejarah game Jepang. Suara pengisi dalam versi Jepang dan Inggris sama-sama kuat, menambah kedalaman emosional karakter.

Audio yang emosional dan musik yang memorable masih menjadi aspek penting dalam game hingga sekarang. Dalam hal ini, game ini tidak kalah dengan standar produksi audio game modern.


Relevansi Filosofis dan Sosial

Lebih dari sekadar hiburan, game ini memuat kritik sosial dan pertanyaan filosofis yang kuat. Dalam dunia yang diatur oleh Score, manusia kehilangan kebebasan. Pemerintah dan agama bersatu untuk memastikan bahwa ramalan dijalankan tanpa penyimpangan.

Hal ini bisa dianggap sebagai cerminan dari dunia nyata yang semakin bergantung pada algoritma, prediksi data, dan kecenderungan sosial yang dibentuk oleh teknologi. Apakah kita benar-benar bebas? Atau hanya mengikuti “ramalan digital” seperti algoritma media sosial?

Pertanyaan-pertanyaan ini membuat game ini tetap relevan sebagai bahan refleksi, bahkan di tengah teknologi canggih tahun 2025.


Komunitas dan Nostalgia

Meski sudah berusia lebih dari satu dekade, game ini masih memiliki komunitas aktif. Forum diskusi, fan art, video retrospektif, dan bahkan fanfiction terus bermunculan. Komunitas ini menjaga semangat game tetap hidup dan memperkenalkannya pada generasi baru.

Nostalgia juga memainkan peran penting. Banyak gamer yang tumbuh dengan game ini kini memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, menciptakan pengalaman lintas generasi.

Game ini bukan hanya bagian dari masa lalu, tapi juga jembatan emosional antara generasi lama dan baru.


Potensi untuk Remaster atau Remake

Dengan tren remake seperti Final Fantasy VII, Xenoblade Chronicles, atau Persona 3 Reload, peluang untuk game ini mendapatkan versi baru cukup besar. Banyak penggemar menginginkan peningkatan visual dan voice acting, tanpa mengubah jalan cerita atau sistem gameplay utamanya.

Remaster ringan pun cukup, selama bisa menjaga pengalaman orisinal yang menyentuh. Bandai Namco memiliki sumber daya dan basis penggemar untuk mewujudkannya. Jika itu terjadi, game ini bisa kembali menjadi sorotan dan memperkenalkan cerita luar biasa ini ke khalayak yang lebih luas.

Baca juga : Dibalik Fatal Frame Fakta Horor Terinspirasi dari Dunia Nyata

Kesimpulan: Masihkah Relevan?

Jawabannya: ya, sangat relevan. Game Tales of the Abyss bukan hanya tentang bertarung atau menjelajah dunia. Ia adalah tentang memahami identitas, melawan sistem yang membelenggu, dan menemukan makna dari pilihan yang diambil.

Cerita yang mendalam, karakter yang berkembang, sistem pertarungan yang dinamis, dan dunia yang penuh makna menjadikannya lebih dari sekadar game. Ia adalah pengalaman emosional dan filosofis yang masih beresonansi bahkan di era digital ultra cepat seperti 2025.

Sebagaimana platform hiburan interaktif seperti iptogel terus berkembang dan menggabungkan pengalaman bermain dengan teknologi modern, game ini juga bisa terus bertahan dan relevan jika diberikan ruang untuk bersinar kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *